Minggu, 15 September 2013

Skripsi Keperawatan – Kecemasan Pasangan Usia Subur Terhadap Infertilitas Sekunder

Download Kumpulan Proposal dan Skripsi Keperawatan Lengkap – Kecemasan Pasangan Usia Subur Terhadap Infertilitas Sekunder. Setelah memiliki anak pertama dan berkeinginan untuk memiliki anak kedua, tidak sedikit para ibu yang mengalami kesulitan untuk hamil lagi. Kondisi ini dikenal dengan sebutan infertilitas sekunder. Menurut Badan Statistik di Amerika Serikat pada tahun 2006, diperkirakan 3,3 juta pasangan di Amerika Serikat mengalami infertilitas sekunder. Di Indonesia dilaporkan oleh Nur Sibuea (1999), pasangan yang mengalami infertilitas sekunder sebesar 15,6 %.

Kegagalan mengembangkan keluarga pada pasangan suami istri akan menyebabkan perasaan sedih dan cemas. Untuk itu perlu diketahui kecemasan pasangan usia subur tersebut terhadap infertilitas sekunder. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sejauh mana kecemasan pasangan usia subur terhadap infertilitas sekunder. Desain penelitian yang digunakan kualitatif fenomenologi. Waktu penelitian mulai dari September 2010 – Mei 2011, jumlah partisipan sebanyak enam pasang suami istri.

Dari penelitian diperoleh reaksi pasangan terhadap infertilitas sekunder adalah kesedihan, cemburu/iri dan cemas. Dampak perubahan psikologis akibat infertilitas sekunder. Kemampuan mengatasi masalah adalah berusaha mencari dan mengikuti program pengobatan baik medis maupun tradisional, pasrah dan berdoa, berusaha melupakan atau mengalihkan perhatian dan menceritakan masalah kepada orang lain/keluarga.

Harapan para pasangan infertilitas sekunder. Keenam partisipan istri mengatakan cemas karena usia mereka sudah beresiko untuk hamil. Keenam partisipan istri juga menceritakan masalah mereka kepada orang lain yang senasib dengannya juga dengan keluarga. Semua pasangan partisipan mempunyai harapan yang cerah buat anak mereka walaupun hanya satu orang saja. Diharapkan kepada petugas kesehatan agar memberikan informasi, masukan serta dukungan kepada pasangan yang mengalami infertilitas sekunder.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar